Kamis, 08 November 2012

PLATYHELMINTHES DAN NUMERTINA



A.    Filum Plathyhelminthes (cacing pipih)
Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang. Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan secara aktif.
Pada hewan yang simertis bilateral posisi organ indra memusat pada ujung anterior. Planaria memiliki alat penerima cahaya, peraba, dan reseptor getaran yang terdapat pada ujung anterior. Pemusatan alat-alat indra perasa dikepalanya disebut cephalization (sepalisasi). Makanan planaria masuk melalui mulut yang berada pada permukaan ventral dan akhirnya masuk ke dalam rongga gastrovaskuler. Meskipun bentuk rongga ini lebih berkembang daripada hydra, namun pada prinsipnya sama dengan alat pencernaan makanan hydra. Bahan-bahan yang tak tercerna masih tetap harus dikeluarkan lagi melalui mulut seperti hydra.
Tubuh planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina. Filum ini terdiri atas 6000 spesies yang digolongkan menjadi tiga kelas.
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
a.       Ukuran dan bentuk tubuh
Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.
b.      Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh.Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium)
Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
c.       Cara hidup dan habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
d.      Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.

e.       Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes

Description: 220px-Schistosoma_mansoni2Schistosoma mansoni, penyebab Schistosoma pada manusia. Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.
f.       Klasifikasi
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).

1)   Kelas Turbellaria (cacing rambut getar)
Semua cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas. Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab dan juga di perairan baik asin maupun tawar.
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva. Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
2)   Kelas Trematoda (cacing isap)
Semua anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup secara parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang ditumpangi cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan. Cacing hati merupakan parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu. Schistosoma dan cacing paru-paru merupakan parasit yang berbahaya bagi manusia yang hidup di daerah tropis.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.
Daur Hidup Fasciola Hepatica
Zygot–Larva Myrasidium–Sporosit–Redia–Sercaria– Metacercaria–Cacing Dewasa
1.   Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita
2.   Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inangperantara 1, biasanya adalah siput
3.   Di tubuh siput, larva myrasidium akan bermetamorfosis  menjadi sporosit
4.   Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
6.   Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria
7. Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
a)      Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
b)      Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
c)      Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
3)   Kelas Cestoda (cacing pita)
Cestoda atau cacing pita juga hidup secara parasit. Cacing pita dewasa hidup di dalam usus inang dan menghisap sari makanan. Bentuk Cestoda seperti pita terdiri dari untaian progtogled masing progtogled hidup sendiri. Untaian progtogled dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Penyakit Pada Manusia Akibat Cestoda
Nama Ilmiah
Tempat Infeksi
Distribusi
Diphylllobothrium latum
Small Intestine
Argentina, Europe, Japan, Siberia,
Great Lakes area USA
Taenia saginata
Small Intestine
Di seluruh dunia
Taenia solium
Small Intestine
Di seluruh dunia
Hymenolepis nana
Small Intestine
Di seluruh dunia










Daur Hidup Taenia Saginata
                                            
a.                         b.                       



a.       Larva, yang dilengkapi dengan scolex akan berkembang menjadi kista pada jaringan tubuh inang, misal pada otot.
b.      Manusia yang memakan daging yang terinfeksi, akan menyebabkan kista berkembang menjadi cacing pita  dewasa.
c.       Cacing pita dewasa terdiri dari scolex dan proglotid.Proglotid pada bagian ujung mengandung telur yang telah dibuahi yang siap dikeluarkan bersama feses untuk menginfeksi kembali.
d.      Di dalam telur yang telah dibuahi, embrio berkembang menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur bersama rumput dan akan menjadi inang sementara bagi cacing pita.

B.     Filum Nemertina

Description: E:\Nermentina\Nemertine cs.JPGContoh dari Nemertina adalah cacing probosis. Cacing ini diberi nama demikian karena mempunyai sebuah alat yang berbentuk seperti belalai yang dapat dijulurkan. Probosis digunakan menangkap mangsa. Probosis yang dapat mengelurakan racun untuk meracuni korbannya. Cacing ini panjangnya bervariasi antara satu inchi sampai beberapa kaki, bentuknya agak pipih berwarna menyolok/terang dan tertutup oleh silia. Sebagian besar hidup sebagai di pantai. Sistem pencernaan makanan yang searah menguntungkan, karena tidak terjadi percampuran antara makanan yang masuk dengan sisa makanan yang akan dikeluarkan. Setelah makanan masuk mulut makanan dicerna di dalam saluran pencernaan. Akhirnya sisa makanan yang tak tercerna dibuang melalui anus. Sistem sirkulasinya (peredaran darah)  terdiri atas tiga saluran memanjang. Tidak mempunyai jantung darah digerakkan oleh pergerakan tubuhnya.


Cacing pita (filum numertina). Hewan ramping tak bersegmen ini memiliki tubuh yang lunak dan pipih, biasanya dengan panjang beberapa sentimeter, mampu memanjang dan berkontraksi dengan hebat. Banyak yang berwarna terang dengan merah, coklat, hijau, atau kuning, penuh, atau berpita dan bergaris-garis. Sebagian besar hewan ini hidup dibawah batu, diantar ganggang, atau sembunyi di pantai, tetapi beberapa hidup diperairan laut dalam dan sedikit di air tawar. Makanannya adalah hewan, baik hidup maupun mati. Dibawah intergumen yang halus terdapat otot melingkar dan longitudinal. Ujung anterior memiliki sebuah trobosis fleksibel yang dapat memanjang dengan hebat atau paling tidak benar-benar menarik diri dan terbalik seperti jari-jari sarung tangan. Proboscis dapat berfungsi dalam penyerangan atau pertahanan. Selalu pencernaan yang bersilia memanjang diseluruh bagian tubuh. Terdapat system sirkulasi dengan pembuluh darah memanjang yang memiliki sambungan silam, dan darah, baik merah maupun tidak berwarna, bersikulasi sebagi akibat dari gerakan tubuh. Sytem ekskresi memiliki saluran lateral bercabang-cabang dan banyak sel api, serta sytem saraf  berbentuk linear, denagn gang lia diatas mulut dan sepanjang batang saraf lateral melalui tubuh. Kelamin biasanya terpisah dan gonad yang berpasangan terbuka secara langsung kepermukaan tubuh. Individu dewasa memfragmen tubuh dengan mudah, dan kemudian setiap bagian bergenerasi menjadi cacing yang sempurna. Uwes mari HAHAHAHAHAHa :D

KOMEN NYA YAAAA ;)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Iva Arin Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template