Kamis, 08 November 2012

CONTOH ANALISIS AMANAT DAN MAKNA KATA



ANALISIS AMANAT DAN MAKNA KATA
KARYA KEDAULATAN RAKYAT MINGGU DALAM BUKU ISKANDAR
IVA ARIN LUSIDA
(118000145) PGSD 2011 C
Abstrak

Kata Kunci : tokoh, watak, penokohan dalam cerita anak.

Berdasarkan pengalaman penulis, dalam pembelajaran sastra anak, anak akan secara khusus memahami tentang karya sastra berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Dalam perkembangan anak setelah anak mampu berbicara, anak akan memulai proses pengamatan dan memberikan responnya. Sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Penulisan analisa ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah strukturisasi penokohan terdapat dalam cerita anak Kesombongan burung nuri ini?
Tujuan dari penulisan hasil analisa ini adalah: (a) Mengetahui penjelasan tentang sastra anak. (b) Dapat mengerti penjelasan dari cerita anak. (c) Untuk mengetahui berbagai strukturisasi tokoh pada ceita anak.
Penulisan ini menganalisis penokohan cerita anak sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari tiga tahap yaitu: rancangan, analisis, dan refisi. Sasaran penulisan ini adalah anak-anak. Hasil yang diperoleh adalah hasil analisis berupa penulisan.
Kesimpulan dari penulisan ini adalah sebatas tafsiran penulis tentang penokohan atau perwatakan dalam cerita pendek untuk anak-anak.

1.        Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang semuanya diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan.
Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang dewasa, ini berpengaruh dengan sastra. Perlu dibedakan sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hali ini karena dalam sastra anak terkandung pesan moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak. 
Cerita anak-anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak, jarang dijumpai tokoh yang berwajah banyak, yaitu tokoh yang memiliki unsur baik dan jahat sekaligus. Penulis menambah pengetahuan tentang karakteristik cerita anak.
Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kita harus mampu membedakan, memilih sastra yang cocok dan layak dikonsumsi oleh anak-anak dengan rambu-rambu kita harus memahami apa itu sastra anak. Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengertian Penokohan Pada Cerita Anak” untuk lebih memahami sastra anak. Makalah ini berisi tentang hakikat sastra anak, pengertian tentang cerita anak, dan karakteristik tokoh pada cerita anak.  
1.2. Rumusan Masalah
           Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.2.1.      Bagaimanakah strukturisasi penokohan terdapat dalam cerita anak Kesombongan burung nuri ini?
1.3. Tujuan Masalah
Sesuai dengan permasalahan di atas, penulisan ini bertujan untuk?
1.3.1.      Mengetahui penjelasan tentang sastra anak.
1.3.2.      Dapat mengerti penjelasan dari cerita anak.
1.3.3.      Untuk mengetahui berbagai strukturisasi tokoh pada ceita anak.
2.        Landasan Teori
Menurut Hunt (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mendefinisikan sastra anak sebagai buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
Tarigan (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mengatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.
Menurut Puryanto (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mengatakan bahwa cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
3.        Pembahasan
3.1     Cerita Anak
Menurut Hunt (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mendefinisikan sastra anak sebagai buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
Menurut Tarigan (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mengatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.
3.2     Tokoh atau penokohan
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan, dan mendapatkan kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
Menurut Puryanto (dalam artikel Rokhmansyah, 2009) mengatakan bahwa cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
 Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, dan sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.
Tokoh cerita anak dapat berupa manusia, binatang, atau tanaman, bahkan benda lain seperti peralatan rumah tangga. Apabila tokoh cerita berupa manusia, biasanya yang menjadi tokoh utama adalah anak-anak.
Cerita anak-anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak, jarang dijumpai tokoh yang berwajah banyak, yaitu tokoh yang memiliki unsur baik dan jahat sekaligus. Kutipan yang mendukung hal tersebut adalah:
Kesombongan Burung Nuri
Deo seekor burung nuri. Tinggal di hutan luas bersama binatang lainnya. Merasa paling tampan, Deo menjadi sombong. Tidak mau bergaul dengan temantemannya dan suka memamerkan diri.
“Di seluruh hutan ini, tidak ada burung lain yang setampan diriku,” kata Deo dengan pongah di hadapan teman-temannya sesama burung. “Kalian semua pasti juga mengagumi ketampananku ini.”
Teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka enggan bermain dengan Deo karena sikapnya itu.
Pada suatu hari, Deo terbang sendirian mengelilingi hutan. Tanpa sengaja, ia menabrak ranting pohon yang tinggi. Sayapnya patah. Ia terjatuh ke tanah. Deo merasa kesakitan dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tiba-tiba, Deo mendengar suara elang di kejauhan. Suara itu semakin dekat. Deo sangat ketakutan. Jantungnya berdegup kencang. Ia begitu lemah dan tidak berdaya.
Elang itu kini terbang melayang di atasnya, siap untuk menerkamnya.
Ketika Elang itu hendak memangsa Deo, sekawanan burung datang ke tempat itu. Mereka bersuara ribut untuk mengusir Elang. Melihat sekelompok burung yang cukup banyak tersebut, Elang mengurung- kan niatnya. Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya.
“Deo, ini kami. Kamu tenang saja karena kami datang untuk menolongmu,” kata burung-burung tersebut.
Deo yang masih tergeletak di tanah merasa terharu. Ternyata, kawanan burung itu teman-temannya sendiri yang selama ini tidak dipedulikannya. Mereka lalu terbang menghampiri Deo dan membawanya pulang ke rumahnya.
Setelah dirawat beberapa minggu, Deo kembali sembuh seperti sediakala. Ia selalu mengingat kebaikan teman-temannya yang telah menyelamatkannya.
Sejak saat itu, Deo tidak sombong lagi. Ia kini senang bermain bersama teman-temannya yang baik hati. (Sumber: Kedaulatan Rakyat Minggu dalam Iskandar, 2008;3).
Kisah dalam perbincangan antar tokoh deo dan teman-teman lainnya saat deo mengatakan bahwa di seluruh hutan ini, tidak ada burung lain yang setampan dirinya dan teman-teman deo pasti juga mengagumi ketampanan deo ini yang menghadirkan peristiwa fantastik seperti itu yang ditonjolkan pengarang adalah penokohan atau gambaran angan yang dapat menggoyahkan pemikat pembaca ingin membaca.
Kehadiran tokoh dapat sebagai jawaban terhadap pertanyaan. Siapa saja tokoh yang ada dalam cerita pendek “Kesombongan Burung Nuri”? Apa peran atau fungsi masing-masing tokoh dalam cerita itu? Dan sebagainya. Dalam sebuah cerita fiksi tokoh merupakan unsur utama yang mendapat perhatian khusus dari pengarangnya. Walaupun cerita pendek itu bersifat fiksi, pada umumnya tokoh digambarkan dengan berbagai ciri yang berhubungan dengan watak dan kepribadiannya.
Dengan demikian analisis strukturisasi tokoh adalah mengungkapkan ciri tokoh yang menjadi kepribadiannya baik dari gambaran secara fisik atau psikologisnya, fungsinya dalam menghidupkan cerita tokoh-tokoh yang hadir dalam cerita pendek “Kesombongan Burung Nuri” adalah Deo (seekor burung nuri), teman-teman Deo (sesama burung) dan burung elang. Tokoh-tokoh tersebut pengarang membentuk kata orang ke tiga tunggal yang serba tahu dan cukup menentukan dalam menjalin kisahan dari awal hingga akhir cerita. Tokoh yang hadir dari awal hingga akhir cerita berkarakter seekor burung nuri yang amat sombong. Tokoh Deo berperan sebagai penghubung antar tokoh yang lain. Posisi tokoh Deo adalah seekor burung nuri yang tidak tahu sopan santun tingkah lakunya terhadap orang lain. Deo yang sombong dan tidak peduli terhadap sesamanya suatu saat tidak berdaya ketika hendak dimangsa elang. Dalam ketidakberdayaan itu, Deo diselamatkan oleh teman-temannya yang selama ini tidak dipedulikannya. Hal inilah yang menimbulkan konflik dalam diri Deo. Kewajiban tokoh Deo adalah saling menghormati kepada sesama, tidak boleh sombong, harus mau bergaul dan peduli dengan sesama karena sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu memerlukan bantuan orang lain.
4.        Simpulan
Demikianlah apresiasi pandangan penulis terhadap cerita pendek “Kesombongan Burung Nuri” karya Kedaulatan Rakyat Minggu dalam buku Iskandar. Apa yang dikemukakan di atas adalah sebatas tafsiran seorang penulis tentang struktur karya sastra dan seluk beluknya. Masih banyak hal yang tidak dijelaskan dari pemahaman penulis tentang cerita pendek tersebut. Hasil apresiasi ini mudah-mudahan mampu memberi motivasi kepada pembaca karya sastra lainnya untuk memahami lebih lanjut cerita pendek “Kesombongan Burung Nuri”. Sebab cerita pendek ini banyak makna dan dapat diinterpretasikan dari berbagai sudut pandang oleh pembaca yang berbeda-beda.
5.        Daftar Pustaka
Iskandar, Sukini. 2008. Bahasa Indonesia 6: untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Murni, Sri. 2007. Bahasa Indonesia 5: untuk Sekolah Dasar & Madrasah kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2009. Pengertian, Hakikat, dan Ciri Sastra Anak. . http://blog.unnes.ac.id/cahsotoy/2009/12/11/halo-dunia/ (diakses tanggal 9 Juni 2012, 01:15 WIB)
Suroso, dkk. 2008. Kritik Sastra Teori, Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Elmatera.
Wahidin, Dadan. 2009. Hakikat Sastra Anak. http://makalahkumakalahmu.net/2009/03/18/hakikat-sastra-anak/ (diakses tanggal 9 Juni 2012, 01:13 WIB)
Warsidi, Edi. Bahasa Indonesia membuatku cerdas 5: untuk kelas V Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.  Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
6.      Lampiran
6.1. Lampiran 1
Kesombongan Burung Nuri
Deo seekor burung nuri. Tinggal di hutan luas bersama binatang lainnya. Merasa paling tampan, Deo menjadi sombong. Tidak mau bergaul dengan temantemannya dan suka memamerkan diri.
“Di seluruh hutan ini, tidak ada burung lain yang setampan diriku,” kata Deo dengan pongah di hadapan teman-temannya sesama burung. “Kalian semua pasti juga mengagumi ketampananku ini.”
Teman-temannya hanya bisa gelenggeleng kepala. Mereka enggan bermain dengan Deo karena sikapnya itu.
Pada suatu hari, Deo terbang sendirian mengelilingi hutan. Tanpa sengaja, ia menabrak ranting pohon yang tinggi. Sayapnya patah. Ia terjatuh ke tanah. Deo merasa kesakitan dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tiba-tiba, Deo mendengar suara elang di kejauhan. Suara itu semakin dekat. Deo sangat ketakutan. Jantungnya berdegup kencang. Ia begitu lemah dan tidak berdaya.
Elang itu kini terbang melayang di atasnya, siap untuk menerkamnya.
Ketika Elang itu hendak memangsa Deo, sekawanan burung datang ke tempat itu. Mereka bersuara ribut untuk mengusir Elang. Melihat sekelompok burung yang cukup banyak tersebut, Elang mengurung- kan niatnya. Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya.
“Deo, ini kami. Kamu tenang saja karena kami datang untuk menolongmu,” kata burung-burung tersebut.
Deo yang masih tergeletak di tanah merasa terharu. Ternyata, kawanan burung itu teman-temannya sendiri yang selama ini tidak dipedulikannya. Mereka lalu terbang menghampiri Deo dan membawanya pulang ke rumahnya.
Setelah dirawat beberapa minggu, Deo kembali sembuh seperti sediakala. Ia selalu mengingat kebaikan teman-temannya yang telah menyelamatkannya.
Sejak saat itu, Deo tidak sombong lagi. Ia kini senang bermain bersama teman-temannya yang baik hati. (Sumber: Kedaulatan Rakyat Minggu dalam Iskandar, 2008;3).
6.2. Lampiran 2
Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk disekitar itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung. Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana.
Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata,”Permisi, Nenek yang baik. Saya tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?” Gisela menjawab,”Oh,tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena ada yang mau berbicara padanya.
Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap sudah tua. Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab,”Aku Pangeran Jonathan. Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Penasihat kerajaan dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali. Tanpa disadarinya, ia bergumam,”Apakah benar warga negeri Anta menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan bertanya,”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri raja Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata,”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri yang cantik, yang sangat cantik...!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu, tiba-tiba...keluar asap dari tubuh Gisela...dan Gisela berubah kembali menjadi Putri Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia. (Sumber : Ahya Rezqiaufa dalam Murni, 2007;18)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Iva Arin Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template