Rabu, 14 Februari 2024

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Nama                          :

1.      Farichah Choirun Nisa         (23660200)

2.      Iva Arin Lusida                     (23660208)

3.      Laili Nurus Sa’adah              (23660210)

4.      Meytha Friska Olvianti         (23660190)

5.      Mutia Rahma Deviyanti       (23660196)

Kelas                           : PPG Prajabatan PGSD

Gelombang                : 1 (Satu)

Mata Kuliah              : Pembelajaran Berdiferensiasi

Instansi                       : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Tahun                         : 2023

  SEL.07.2-T1-1-4. Demonstrasi Kontekstual

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi,

Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) adalah jawaban untuk pertanyaan, “bagaimana kurikulum yang fleksibel dapat diterapkan di sekolah yang dapat memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik (teaching at the right level)? dalam satu sekolah atau bahkan di ruang kelas, terdapat berbagai karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Carol A. Tomlinson, seorang pendidik sejak tahun 1995 telah menuliskan idenya dalam buku yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms mengenai suatu pengajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Kemudian idenya dikenal dengan nama differentiated instruction atau pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran (konten), proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, serta lingkungan belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut. Secara sederhana pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid (Kusuma, & Luthfah, 2020:11).

Pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu (on-one-on) agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar (Purba, 2021).

Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang siswa. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk siswa yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Dalam pembelajaran diferensiasi guru mesti memiliki inovasi dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, Sehingga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, peran guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran (Sukendra, 2015).

Adapun tujuan pembelajaran berdiferensiasi menurut Pitaloka & Arsanti (2022) sebagai berikut.

1.      Untuk membantu semua siswa dalam belajar agar guru bisa meningkatkan kesadaran terhadap kemampuan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh siswa.

2.      Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa agar siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang diberikan.

3.      Untuk menjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa karena pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan relasi yang kuat antar guru dan siswa.

4.      Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.

5.      Untuk meningkatakan kepuasan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Contoh:

Nana merupakan seorang anak yang jago dan pandai dalam pelajaran Bahasa Inggris. Setiap ada perlombaan pidato Nana selalu mendapatkan juara. Nana juga pandai dalam olahraga dengan beberapa macam olahraga bisa dia kuasai dengan baik. Akan tetapi, meski pandai dan jago dalam pelajaran Bahasa Inggris dan olahraga, Nana tidak begitu pandai dalam menguasai mata pelajaran Matematika. Alasannya, banyak rumus-rumus yang harus ia kuasai. Sehingga Nana tidak begitu suka dengan mata pelajaran Matematika. Berbeda halnya dengan Doni, yang sangat menyukai mata pelajaran Matematika. Karena menurutnya, pelajaran Matematika adalah pelajaran yang seru dan menyenangkan. Doni hampir selalu unggul dalam mata pelajaran Matematika. Selain itu, Doni juga jago dalam memainkan alat musik berupa piano dan biola. Selanjutnya, teman dari Nana dan Doni, namanya Sinta sangat menyukai mata pelajaran Kesenian. Sinta sangat piawai dalam memainkan banyak alat musik bahkan dapat dengan mudah menciptakan lagu sendiri.

Kesimpulan: Nana menguasai kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan kinestetik. Sedangkan Doni menguasai kecerdasan logis-matematis dan juga kecerdasan musical. Selanjutnya Sinta menguasai kecerdasan musical. (Hal ini berkaitan dengan teori Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda).

 

B. Contoh Keragaman Anak di Kelas

Perkembangan teknologi yang berimbas pada berubahnya tatanan hidup secara global membawa dampak pada masyarakat. Pendidikan perlu menciptakan sebuah sistem yang dapat mencukupi semua kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Sistem pembelajaran ini membuat peserta didik fokus dengan asesmen sebagai proses belajar, termasuk evaluasi dan penilaian diri terhadap perkembangan peserta didik. Tujuan dilaksanakannya model pembelajaran berdiferensiasi ini adalah untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik berkembang sesuai potensi bakat dan minatnya.

Saat ini masih banyak orang tua membandingkan prestasi belajar anaknya dengan anak yang lain. Sebagai guru kita pasti pernah mengalami suatu kondisi dimana suasana atau kondisi belajar kita berbeda dengan yang lain, baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun minat belajar. Oleh karena itu, sebagai guru harus menyadari bahwa setiap anak itu memiliki gaya belajarnya masing-masing. Dengan itu guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong pencapaian prestasi belajar anak.

Guru pasti mengenal siswanya untuk dapat menerapkan strategi belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka. Pemahaman secara menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi untuk memaksimalkan potensi belajar siswa. Berbagai usaha dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik sukses dalam proses pembelajarannya. Dengan melihat banyak perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Dari perbedaan tersebut teori yang melatarbelakangi perlunya pembelajaran berdiferensiasi yaitu:

1.      Teori sistem ekologi

Teori sistem ekologi merupakan perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan. Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Berikut penjelasan mengenai urutan sistem tersebut:

  • Mikrosistem adalah anak berinteraksi dengan orang lain yang paling dekat dengan kehidupannya, seperti orang tua, teman sebaya, tetangga, dan teman sekolah;
  • Mesosistem adalah interaksi antara orang tua, guru dalam sekolah, anggota keluarga dan kerabat menjadi relasinya.
  • Ekosistem adalah sistem yang berisi sejumlah kondisi yang mempengaruhi perkembangan anak di lingkungan rumah. Sebagai contoh, karena adanya kondisi kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa harus bekerja untuk mencari uang dan tidak melanjutkan sekolah.
  • Makrosistem adalah sistem yang berisi hukum masyarakat dan budaya politik. Sebagai contoh anak Indonesia tidak sama-sama dengan anak Amerika.
    • Kronosistem adalah sistem ini mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural.

2.      Teori Multiple Intelligences

Teori tentang multiple intelligences yaitu kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam berbagai macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal dalam ruang yang tertutup dan hanya konsentrasi pada soal itu tanpa ada gangguan dari lingkungan luar. Akan tetapi kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan dalam situasi yang bermacam-macam. Setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-bedaKecerdasan verbal-linguistik: 

a. Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan berbahasa misalnya saja melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari kata - kata, serta menggunakan bahasa dengan benar.

b. Kecerdasan logis-matematis: ini merupakan kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna.

c. Kecerdasan spasial-visual: Kecerdasan ini merupakan kemampuan pada bidang ruang dan gambar. Individu memiliki kekuatan dalam imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola, desain, serta tekstur.

d. Kecerdasan kinestetik-jasmani: Kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan.

e. Kecerdasan musical: Mereka yang memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik.\

f. Kecerdasan intrapersonal: Ini merupakan kecerdasan di mana peserta didik mampu memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi diri. Jika kecerdasan ini menonjol pada diri peserta didik, biasanya dia akan bisa berbuat bijaksana dan bisa mengendalikan keinginan serta perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan. Kecerdasan ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.

g. Kecerdasan interpersonal: Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.

h. Kecerdasan naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup. Mereka yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya suka dengan alam, misalnya saja suka dengan bercocok tanam, suka dengan hewan peliharaan, dan aktivitas sejenisnya yang berkaitan dengan alam.

3.      Teori Zone of Proximal Development (ZPD)

Pada teori ini terdapat dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi peserta didik, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual peserta didik adalah ketika dia bekerja untuk menyelesaikan tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah tingkat dari kompetensi peserta didik yang dapat tercapai ketika dia dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat kemampuan tersebut termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ZPD terletak diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh peserta didik tanpa pendampingan.

4.      Learning modalities

Perbedaan peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari segi yang lain, yaitu learning modalities atau modalitas dalam belajar. Learning modalities ini biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan Kinestetik.

a.       Visual: menerima informasi lebih mudah melalui gambar. Otak kita memproses informasi visual dengan sangat efisien. Jauh lebih mudah untuk mengingat gambar yang jelas seperti foto daripada mengingat apa yang dikatakan atau ditulis seseorang.

b.      Auditori: menerima informasi lebih mudah melalui mendengar. Siswa dengan mode ini biasanya sering mengajukan pertanyaan, dan menggunakan diskusi untuk mengklarifikasi atau menyerap materi. Ketika Anda berada dalam mode auditori, Anda mungkin berbicara dan membaca lebih lambat untuk menyerap semuanya.

c.       KInestetik: melakukan sesuatu dengan fisik, atau paling tepat digambarkan sebagai belajar sambil melakukan (learning by doing), baik sebagai aktivitas langsung atau melalui pengalaman, atau dengan bergerak sambil berpikir atau belajar.

 

Contoh Keragaman Anak Di Kelas:

  1. Keragaman suku dan etnis, dimana anak – anak dalam satu kelas mungkin berasal dari berbagai suku dan etnis, seperti contoh di Surabaya khususnya di SDN tempat kami PPL mayoritas anak – anak berasal dari suku jawa, akan tetapi ada beberapa anak yang juga berasal dari suku Madura, dayak, kemudian suku rote yang berasal dari NTT.
  2. Keragaman agama, dimana dalam sebuah kelas anak – anak memiliki keyakinan agama yang berbeda sejak lahir, seperti halnya di SDN tempat kami melaksanakan PPL mayoritas anak – anak beragama islam akan tetapi ada beberapa anak yang beragama Kristen dan hindu.
  3. Keragaman bahasa, dengan jelas disebutkan oleh Dadjowidjojo (2000: 243) bahwa bahasa sang ibu berbeda dengan bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak. Pengalaman kami ketika saat pelaksanaan PPL di salah satu SDN di Surabaya memberikan jawaban bahwa anak – anak dikelas lebih sering berkomunikasi dengan teman sejawat atau guru menggunakan bahasa ibu yakni bahasa jawa.
  4. Keragaman kemampuan dan bakat  menurut Given (2007) bakat  adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih untuk mencapai kecakapan, pengetahuan, dan ketrampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain music, melukis, dan lain –lain. Pada dasarnya masing – masing anak di dalam kelas memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda – beda, hal tersebut dapat kami lihat saat pelaksanaan PPL di salah satu SD Negeri di Surabaya, dimana dalam satu kelas ada beberapa anak yang mengikuti ekstrakurikuler  futsal, seni tari, ada bebrapa yang mengikuti seni music dan melukis. Sehingga dengan cara tersebut anak dapat mengemabngkan bakat dan kemampuan yang mereka miliki dengan mengikuti ekstra sesuia dengan kemampuannya.
  5. Keragaman sosioekonomi, dimana dalam kelas masing – masing anak memiliki latar belakang sosioekonomi yang berbeda – beda. Menurut Mubyarto (2001) berpendapat tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Dan hal tersebut lebih cenderung terhadap finansial keluarga sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan dan kesiapan belajar anak.
  6. Keragaman kepribadian, hal tersebut murni bersumber dari dalam diri masing – masing anak, menurut Gordon Allport, kepribadian adalah suatu organisasi dinamis dari sistem Psiko-Fisik manusia yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta menentukan karakteristik perilaku dan pikiran sesorang. Dalam hal ini kepribadian yang dimiliki anak sangat berbeda – beda, ada beberapa anak yang introvert, dan sebaliknya, kemudian ada yang mempunyai jiwa pemimpin, dan pula sebaliknya ada beberapa yang cenderung lebih suka untuk mengikuti.

 

 

Sumber:

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Given, dkk. 2007. Brain-based teaching merancang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan otak emosioanal, sosial, kognitif, kinestesis, dan reflektif Barbara K.Given ; penerjemah Lala Herawati Dharma ; penyunting Ary Nilandari. Bandung.

Khristiani, Henny dkk. 2021. Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Pusat Kurikulum Dan Pembelajaran.

Kusuma, O. D., & Luthfah, S. (2000). Modul Paket 2. Modul 2.1 “Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi”. Jakarta: Kemendikbud.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Pitaloka, H., & Arsanti, M. (2022). Pembelajaran diferensiasi dalam kurikulum merdeka. In Seminar Nasional Pendidikan Sultan Agung IV (Vol. 4, No. 1)

Purba, Mariati, dkk. (2021). Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction), pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka Belajar. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemdikbudristek.

Sukendra, I. K. 2015. Penerapan Strategi Pembelajaran Diferensiasi Progresif Berbantuan Lks Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X SMAN 7 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Denpasar.

Suprayogi, Muhamad Nanang dan Ana Lanah. 2022. Pembelajaran Berdiferensiasi Mata Kuliah Pilihan Selektif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Profesi Guru Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

 

 

 

Nama                          :

1.      Farichah Choirun Nisa         (23660200)

2.      Iva Arin Lusida                     (23660208)

3.      Laili Nurus Sa’adah              (23660210)

4.      Meytha Friska Olvianti         (23660190)

5.      Mutia Rahma Deviyanti       (23660196)

Kelas                           : PPG Prajabatan PGSD

Gelombang                : 1 (Satu)

Mata Kuliah              : Pembelajaran Berdiferensiasi

Instansi                       : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Tahun                         : 2023

  SEL.07.2-T1-1-4. Demonstrasi Kontekstual

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi,

Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) adalah jawaban untuk pertanyaan, “bagaimana kurikulum yang fleksibel dapat diterapkan di sekolah yang dapat memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik (teaching at the right level)? dalam satu sekolah atau bahkan di ruang kelas, terdapat berbagai karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Carol A. Tomlinson, seorang pendidik sejak tahun 1995 telah menuliskan idenya dalam buku yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms mengenai suatu pengajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Kemudian idenya dikenal dengan nama differentiated instruction atau pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran (konten), proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, serta lingkungan belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut. Secara sederhana pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid (Kusuma, & Luthfah, 2020:11).

Pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu (on-one-on) agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar (Purba, 2021).

Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang siswa. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk siswa yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Dalam pembelajaran diferensiasi guru mesti memiliki inovasi dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, Sehingga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, peran guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran (Sukendra, 2015).

Adapun tujuan pembelajaran berdiferensiasi menurut Pitaloka & Arsanti (2022) sebagai berikut.

1.      Untuk membantu semua siswa dalam belajar agar guru bisa meningkatkan kesadaran terhadap kemampuan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh siswa.

2.      Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa agar siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang diberikan.

3.      Untuk menjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa karena pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan relasi yang kuat antar guru dan siswa.

4.      Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.

5.      Untuk meningkatakan kepuasan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Contoh:

Nana merupakan seorang anak yang jago dan pandai dalam pelajaran Bahasa Inggris. Setiap ada perlombaan pidato Nana selalu mendapatkan juara. Nana juga pandai dalam olahraga dengan beberapa macam olahraga bisa dia kuasai dengan baik. Akan tetapi, meski pandai dan jago dalam pelajaran Bahasa Inggris dan olahraga, Nana tidak begitu pandai dalam menguasai mata pelajaran Matematika. Alasannya, banyak rumus-rumus yang harus ia kuasai. Sehingga Nana tidak begitu suka dengan mata pelajaran Matematika. Berbeda halnya dengan Doni, yang sangat menyukai mata pelajaran Matematika. Karena menurutnya, pelajaran Matematika adalah pelajaran yang seru dan menyenangkan. Doni hampir selalu unggul dalam mata pelajaran Matematika. Selain itu, Doni juga jago dalam memainkan alat musik berupa piano dan biola. Selanjutnya, teman dari Nana dan Doni, namanya Sinta sangat menyukai mata pelajaran Kesenian. Sinta sangat piawai dalam memainkan banyak alat musik bahkan dapat dengan mudah menciptakan lagu sendiri.

Kesimpulan: Nana menguasai kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan kinestetik. Sedangkan Doni menguasai kecerdasan logis-matematis dan juga kecerdasan musical. Selanjutnya Sinta menguasai kecerdasan musical. (Hal ini berkaitan dengan teori Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda).

 

B. Contoh Keragaman Anak di Kelas

Perkembangan teknologi yang berimbas pada berubahnya tatanan hidup secara global membawa dampak pada masyarakat. Pendidikan perlu menciptakan sebuah sistem yang dapat mencukupi semua kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Sistem pembelajaran ini membuat peserta didik fokus dengan asesmen sebagai proses belajar, termasuk evaluasi dan penilaian diri terhadap perkembangan peserta didik. Tujuan dilaksanakannya model pembelajaran berdiferensiasi ini adalah untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik berkembang sesuai potensi bakat dan minatnya.

Saat ini masih banyak orang tua membandingkan prestasi belajar anaknya dengan anak yang lain. Sebagai guru kita pasti pernah mengalami suatu kondisi dimana suasana atau kondisi belajar kita berbeda dengan yang lain, baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun minat belajar. Oleh karena itu, sebagai guru harus menyadari bahwa setiap anak itu memiliki gaya belajarnya masing-masing. Dengan itu guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong pencapaian prestasi belajar anak.

Guru pasti mengenal siswanya untuk dapat menerapkan strategi belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka. Pemahaman secara menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi untuk memaksimalkan potensi belajar siswa. Berbagai usaha dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik sukses dalam proses pembelajarannya. Dengan melihat banyak perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Dari perbedaan tersebut teori yang melatarbelakangi perlunya pembelajaran berdiferensiasi yaitu:

1.      Teori sistem ekologi

Teori sistem ekologi merupakan perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan. Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Berikut penjelasan mengenai urutan sistem tersebut:

  • Mikrosistem adalah anak berinteraksi dengan orang lain yang paling dekat dengan kehidupannya, seperti orang tua, teman sebaya, tetangga, dan teman sekolah;
  • Mesosistem adalah interaksi antara orang tua, guru dalam sekolah, anggota keluarga dan kerabat menjadi relasinya.
  • Ekosistem adalah sistem yang berisi sejumlah kondisi yang mempengaruhi perkembangan anak di lingkungan rumah. Sebagai contoh, karena adanya kondisi kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa harus bekerja untuk mencari uang dan tidak melanjutkan sekolah.
  • Makrosistem adalah sistem yang berisi hukum masyarakat dan budaya politik. Sebagai contoh anak Indonesia tidak sama-sama dengan anak Amerika.
    • Kronosistem adalah sistem ini mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural.

2.      Teori Multiple Intelligences

Teori tentang multiple intelligences yaitu kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam berbagai macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal dalam ruang yang tertutup dan hanya konsentrasi pada soal itu tanpa ada gangguan dari lingkungan luar. Akan tetapi kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan dalam situasi yang bermacam-macam. Setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-bedaKecerdasan verbal-linguistik: 

a. Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan berbahasa misalnya saja melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari kata - kata, serta menggunakan bahasa dengan benar.

b. Kecerdasan logis-matematis: ini merupakan kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna.

c. Kecerdasan spasial-visual: Kecerdasan ini merupakan kemampuan pada bidang ruang dan gambar. Individu memiliki kekuatan dalam imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola, desain, serta tekstur.

d. Kecerdasan kinestetik-jasmani: Kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan.

e. Kecerdasan musical: Mereka yang memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik.\

f. Kecerdasan intrapersonal: Ini merupakan kecerdasan di mana peserta didik mampu memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi diri. Jika kecerdasan ini menonjol pada diri peserta didik, biasanya dia akan bisa berbuat bijaksana dan bisa mengendalikan keinginan serta perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan. Kecerdasan ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.

g. Kecerdasan interpersonal: Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.

h. Kecerdasan naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup. Mereka yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya suka dengan alam, misalnya saja suka dengan bercocok tanam, suka dengan hewan peliharaan, dan aktivitas sejenisnya yang berkaitan dengan alam.

3.      Teori Zone of Proximal Development (ZPD)

Pada teori ini terdapat dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi peserta didik, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual peserta didik adalah ketika dia bekerja untuk menyelesaikan tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah tingkat dari kompetensi peserta didik yang dapat tercapai ketika dia dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat kemampuan tersebut termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ZPD terletak diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh peserta didik tanpa pendampingan.

4.      Learning modalities

Perbedaan peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari segi yang lain, yaitu learning modalities atau modalitas dalam belajar. Learning modalities ini biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan Kinestetik.

a.       Visual: menerima informasi lebih mudah melalui gambar. Otak kita memproses informasi visual dengan sangat efisien. Jauh lebih mudah untuk mengingat gambar yang jelas seperti foto daripada mengingat apa yang dikatakan atau ditulis seseorang.

b.      Auditori: menerima informasi lebih mudah melalui mendengar. Siswa dengan mode ini biasanya sering mengajukan pertanyaan, dan menggunakan diskusi untuk mengklarifikasi atau menyerap materi. Ketika Anda berada dalam mode auditori, Anda mungkin berbicara dan membaca lebih lambat untuk menyerap semuanya.

c.       KInestetik: melakukan sesuatu dengan fisik, atau paling tepat digambarkan sebagai belajar sambil melakukan (learning by doing), baik sebagai aktivitas langsung atau melalui pengalaman, atau dengan bergerak sambil berpikir atau belajar.

 

Contoh Keragaman Anak Di Kelas:

  1. Keragaman suku dan etnis, dimana anak – anak dalam satu kelas mungkin berasal dari berbagai suku dan etnis, seperti contoh di Surabaya khususnya di SDN tempat kami PPL mayoritas anak – anak berasal dari suku jawa, akan tetapi ada beberapa anak yang juga berasal dari suku Madura, dayak, kemudian suku rote yang berasal dari NTT.
  2. Keragaman agama, dimana dalam sebuah kelas anak – anak memiliki keyakinan agama yang berbeda sejak lahir, seperti halnya di SDN tempat kami melaksanakan PPL mayoritas anak – anak beragama islam akan tetapi ada beberapa anak yang beragama Kristen dan hindu.
  3. Keragaman bahasa, dengan jelas disebutkan oleh Dadjowidjojo (2000: 243) bahwa bahasa sang ibu berbeda dengan bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak. Pengalaman kami ketika saat pelaksanaan PPL di salah satu SDN di Surabaya memberikan jawaban bahwa anak – anak dikelas lebih sering berkomunikasi dengan teman sejawat atau guru menggunakan bahasa ibu yakni bahasa jawa.
  4. Keragaman kemampuan dan bakat  menurut Given (2007) bakat  adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih untuk mencapai kecakapan, pengetahuan, dan ketrampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain music, melukis, dan lain –lain. Pada dasarnya masing – masing anak di dalam kelas memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda – beda, hal tersebut dapat kami lihat saat pelaksanaan PPL di salah satu SD Negeri di Surabaya, dimana dalam satu kelas ada beberapa anak yang mengikuti ekstrakurikuler  futsal, seni tari, ada bebrapa yang mengikuti seni music dan melukis. Sehingga dengan cara tersebut anak dapat mengemabngkan bakat dan kemampuan yang mereka miliki dengan mengikuti ekstra sesuia dengan kemampuannya.
  5. Keragaman sosioekonomi, dimana dalam kelas masing – masing anak memiliki latar belakang sosioekonomi yang berbeda – beda. Menurut Mubyarto (2001) berpendapat tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Dan hal tersebut lebih cenderung terhadap finansial keluarga sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan dan kesiapan belajar anak.
  6. Keragaman kepribadian, hal tersebut murni bersumber dari dalam diri masing – masing anak, menurut Gordon Allport, kepribadian adalah suatu organisasi dinamis dari sistem Psiko-Fisik manusia yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta menentukan karakteristik perilaku dan pikiran sesorang. Dalam hal ini kepribadian yang dimiliki anak sangat berbeda – beda, ada beberapa anak yang introvert, dan sebaliknya, kemudian ada yang mempunyai jiwa pemimpin, dan pula sebaliknya ada beberapa yang cenderung lebih suka untuk mengikuti.

 

 

Sumber:

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Given, dkk. 2007. Brain-based teaching merancang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan otak emosioanal, sosial, kognitif, kinestesis, dan reflektif Barbara K.Given ; penerjemah Lala Herawati Dharma ; penyunting Ary Nilandari. Bandung.

Khristiani, Henny dkk. 2021. Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Pusat Kurikulum Dan Pembelajaran.

Kusuma, O. D., & Luthfah, S. (2000). Modul Paket 2. Modul 2.1 “Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi”. Jakarta: Kemendikbud.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Pitaloka, H., & Arsanti, M. (2022). Pembelajaran diferensiasi dalam kurikulum merdeka. In Seminar Nasional Pendidikan Sultan Agung IV (Vol. 4, No. 1)

Purba, Mariati, dkk. (2021). Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction), pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka Belajar. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemdikbudristek.

Sukendra, I. K. 2015. Penerapan Strategi Pembelajaran Diferensiasi Progresif Berbantuan Lks Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X SMAN 7 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Denpasar.

Suprayogi, Muhamad Nanang dan Ana Lanah. 2022. Pembelajaran Berdiferensiasi Mata Kuliah Pilihan Selektif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Profesi Guru Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

 

 

 

Selasa, 02 Januari 2024

SEL.11.2-T6-8 Aksi Nyata

 SEL.11.2-T6-8 Aksi Nyata

1.      Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Yang saya pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran, yaitu pendidikan tidak hanya sekadar memberi pengetahuan, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa. Oleh karena itu, saya akan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah memahami latar belakang siswa, menyajikan materi pembelajaran yang kontekstual, mendorong siswa untuk berdiskusi dan berdebat serta mengembangkan karakter siswa.

 2.      Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Pada materi ini saya mempelajari tentang Isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan di Indonesia yang mana pendidikan ini selayaknya berpusat pada peserta didik. Hal ini berkaitan dengan topik materi bahwa guru selayaknya memahami kondisi peserta didik baik dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Pandangan saya tentang pendidikan serta pengajaran di Indonesia yang kurang akan fasilitas sarana dan prasarana terutama pada sekolah yang berada di pelosok. Hal yang perlu dilakukan agar bisa mengatasi masalah tersebut adalah mengupayakan segala cara agar proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia tetap berjalan dengan maksimal. Kesiapan mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran disekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik pada peserta didik selayaknya dilakukan dengan mempersiapkan perangkat dan merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan isu-isu penyelengaraan dan pembelajaran.

 3.      Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Dengan memahami perspektif sosiokultural ini maka guru akan mengetahui karakteristik peserta didik. Pendidikan yang berorientasi pada peserta didik merupakan pendidikan yang mencoba memahami peserta didik dari segi karakteristik masing-masing. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi dan politik dimana peserta didik ini tumbuh dan berkembang. Sehingga proses pembelajaran dan perencanaan pembelajaran dibuat sesuai dengan kondisi peserta didik. Diharapkan tujuan pembelajaran kemudian akan mudah tercapai. Salah satu contoh isu - isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia adalah kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai terutama pada sekolah yang berada di pelosok. Hal yang perlu dilakukan agar bisa mengatasi masalah tersebut adalah mengupayakan segala cara agar proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia tetap berjalan dengan maksimal. Pertama, yaitu kita sebagai pendidik harus mempunyai niat dalam memenuhi sebuah sarana prasarana demi pendidikan generasi selanjutnya maka kita kjuga harus mau berkorban demi kepentingan pendidikan yang aka kita miliki. Kedua, membuat surat pemenuhan sarana prasarana pendidikan kepada pemerintah agar kita dapat diberikan sarana dan prasarana yang layak dan lebih terjamin kedepannya dengan adanya bantuan dari pemerintah. Ketiga, guru harus mencari alternatif lain untuk melakukan pembelajaran dengan memperhitungkan atau mengubah metode belajar dengan diluar ruangan bisa disebut dengan lebih mengarahkan siswa untuk belajar dialam luar dengan berdiskusi bersama. Keempat, guru juga harus lebih kreatif dalam mengambil cara lain dalam melakukan pembelajaran dengan memperbanyak praktek seperti diskusi dalam kelompok dengan keterbatasan sarana atau megunakan cara belajar dengan bermain demi keberlangsungan pendidikan,dengan itunjuga siswa akan ebih mengerti dan lebih memahami keadaan sehingga ia lebih semangat dalam melakukan pembelajaran.

4.      Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Kesiapan mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran disekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik pada peserta didik selayaknya dilakukan dengan mempersiapkan perangkat dan merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan isu-isu penyelengaraan dan pembelajaran. Memilih strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan isu-isu yang akan dibahas, serta media pembelajaran berdasarkan kebutuhan dari peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari gaya belajar dan minat peserta didik. Salah satu cara yang di terapkan oleh guru adalah menggunakan media pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan hal - hal yang ada di sekitar.

 5.      Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini? Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ? Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Yang sudah saya pahami tentang topik yaitu persamaan dan perbedaan pandangan tentang Isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik. Persamaannya yaitu kami berpikiran sama tentang isu sosial dan politik yang menjadi tantangan dalam Pendidikan. Karena faktor lingkungan sosial mempengaruhi tumbuh kembang peserta didik, Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui latar belakang dan karakteristik peserta didiknya. Dalam hal isu politik masih banyaknya sekolah-sekolah yang tertinggal dari sarana dan prasarana hingga kekurangan tenaga pendidik. Selain itu, Isu - isu yang amat serius dalam pendidikan dan pembelajaran abad ke - 21 adalah kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya perbedaan tentang pemerataan Pendidikan di Indonesia karena Pendidikan sudah ada yang berkembang dan ada yang masih bertahap, bahkan ada yang belum terjamah sama sekali. Pemerintah dapat mengambil peran dalam pemerataan Pendidikan dan gaji pendidik, karena banyak pendidikan yang tidak merdeka kehidupannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah. Di Indonesia pendidikan pun juga masih tidak merata ini menyebabkan terjadinya bullying dan diskriminasi. Sebuah bangsa harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dari segala aspek yang diperlukan, dan untuk mendapatkan SDM yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas serta menunjang terbentuknya SDM yang berkualitas. Ada beberapa hal yang ingin saya pelajari adalah implementasi pemecahan masalah dalam isu-isu pendidikan secara mendalam, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan dapat menjadi sarana untuk membentuk karakter serta menjadikan warga negara yang baik.

 6.      Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?

Dalam mata kuliah pemahaman Peserta Didik dan pembelajarannya bahwa pembelajaran tanggap budaya dan pembelajaran TaRL merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman dapat berpengaruh terhadap pembentukan tingkah laku individu. Dalam mata kuliah Pemahaman terhadap isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dapat membantu kita memahami kondisi manusia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus memerdekakan peserta didik, memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengatur diri sendiri, dan memperhatikan kebutuhan, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik. Pendekatan CRT ini menjadi suatu cara untuk membekali guru dalam mengajar peserta didik di lingkungan yang berlatar belakang budaya yang berbeda-beda serta meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik. Teknologi berperan aktif sebagai alat, proses, dan sekaligus sumber untuk belajar dan melaksanakan pembelajaran. Pemanfaatan computer dan internet memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengakses materi ajar.

 7.      Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru? Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya? Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Manfaat topik ini adalah pembelajaran harus berpihak berpusat pada siswa dengan cara memperhatikan kebutuhan belajar siswa dan karakteristik siswa itu sendiri. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Kesiapan saya adalah 8 karena sebagian besar sudah memahami materi yang ada pada mata kuliah PPG dan selanjutnya bisa saya gunakan bekal untuk penerapan di kelas. Apabila saya mendapatkan tugas mengajar, saya akan memahami latar belakang peserta didik. Pendidikan tidak hanya sekadar memberi pengetahuan, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa. Oleh karena itu, saya akan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah memahami latar belakang siswa, menyajikan materi pembelajaran yang kontekstual, mendorong siswa untuk berdiskusi dan berdebat serta mengembangkan karakter siswa.

  

By: Iva Arin L (23660209)

PPG Prajabatan PGSD Gel 1 Tahun 2023

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

 SEL.11.2-T6-8 Aksi Nyata

1.      Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Yang saya pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran, yaitu pendidikan tidak hanya sekadar memberi pengetahuan, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa. Oleh karena itu, saya akan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah memahami latar belakang siswa, menyajikan materi pembelajaran yang kontekstual, mendorong siswa untuk berdiskusi dan berdebat serta mengembangkan karakter siswa.

 2.      Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Pada materi ini saya mempelajari tentang Isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan di Indonesia yang mana pendidikan ini selayaknya berpusat pada peserta didik. Hal ini berkaitan dengan topik materi bahwa guru selayaknya memahami kondisi peserta didik baik dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Pandangan saya tentang pendidikan serta pengajaran di Indonesia yang kurang akan fasilitas sarana dan prasarana terutama pada sekolah yang berada di pelosok. Hal yang perlu dilakukan agar bisa mengatasi masalah tersebut adalah mengupayakan segala cara agar proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia tetap berjalan dengan maksimal. Kesiapan mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran disekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik pada peserta didik selayaknya dilakukan dengan mempersiapkan perangkat dan merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan isu-isu penyelengaraan dan pembelajaran.

 3.      Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Dengan memahami perspektif sosiokultural ini maka guru akan mengetahui karakteristik peserta didik. Pendidikan yang berorientasi pada peserta didik merupakan pendidikan yang mencoba memahami peserta didik dari segi karakteristik masing-masing. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi dan politik dimana peserta didik ini tumbuh dan berkembang. Sehingga proses pembelajaran dan perencanaan pembelajaran dibuat sesuai dengan kondisi peserta didik. Diharapkan tujuan pembelajaran kemudian akan mudah tercapai. Salah satu contoh isu - isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia adalah kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai terutama pada sekolah yang berada di pelosok. Hal yang perlu dilakukan agar bisa mengatasi masalah tersebut adalah mengupayakan segala cara agar proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia tetap berjalan dengan maksimal. Pertama, yaitu kita sebagai pendidik harus mempunyai niat dalam memenuhi sebuah sarana prasarana demi pendidikan generasi selanjutnya maka kita kjuga harus mau berkorban demi kepentingan pendidikan yang aka kita miliki. Kedua, membuat surat pemenuhan sarana prasarana pendidikan kepada pemerintah agar kita dapat diberikan sarana dan prasarana yang layak dan lebih terjamin kedepannya dengan adanya bantuan dari pemerintah. Ketiga, guru harus mencari alternatif lain untuk melakukan pembelajaran dengan memperhitungkan atau mengubah metode belajar dengan diluar ruangan bisa disebut dengan lebih mengarahkan siswa untuk belajar dialam luar dengan berdiskusi bersama. Keempat, guru juga harus lebih kreatif dalam mengambil cara lain dalam melakukan pembelajaran dengan memperbanyak praktek seperti diskusi dalam kelompok dengan keterbatasan sarana atau megunakan cara belajar dengan bermain demi keberlangsungan pendidikan,dengan itunjuga siswa akan ebih mengerti dan lebih memahami keadaan sehingga ia lebih semangat dalam melakukan pembelajaran.

4.      Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Kesiapan mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran disekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik pada peserta didik selayaknya dilakukan dengan mempersiapkan perangkat dan merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan isu-isu penyelengaraan dan pembelajaran. Memilih strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan isu-isu yang akan dibahas, serta media pembelajaran berdasarkan kebutuhan dari peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari gaya belajar dan minat peserta didik. Salah satu cara yang di terapkan oleh guru adalah menggunakan media pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan hal - hal yang ada di sekitar.

 5.      Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini? Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ? Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Yang sudah saya pahami tentang topik yaitu persamaan dan perbedaan pandangan tentang Isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik. Persamaannya yaitu kami berpikiran sama tentang isu sosial dan politik yang menjadi tantangan dalam Pendidikan. Karena faktor lingkungan sosial mempengaruhi tumbuh kembang peserta didik, Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui latar belakang dan karakteristik peserta didiknya. Dalam hal isu politik masih banyaknya sekolah-sekolah yang tertinggal dari sarana dan prasarana hingga kekurangan tenaga pendidik. Selain itu, Isu - isu yang amat serius dalam pendidikan dan pembelajaran abad ke - 21 adalah kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya perbedaan tentang pemerataan Pendidikan di Indonesia karena Pendidikan sudah ada yang berkembang dan ada yang masih bertahap, bahkan ada yang belum terjamah sama sekali. Pemerintah dapat mengambil peran dalam pemerataan Pendidikan dan gaji pendidik, karena banyak pendidikan yang tidak merdeka kehidupannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah. Di Indonesia pendidikan pun juga masih tidak merata ini menyebabkan terjadinya bullying dan diskriminasi. Sebuah bangsa harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dari segala aspek yang diperlukan, dan untuk mendapatkan SDM yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas serta menunjang terbentuknya SDM yang berkualitas. Ada beberapa hal yang ingin saya pelajari adalah implementasi pemecahan masalah dalam isu-isu pendidikan secara mendalam, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan dapat menjadi sarana untuk membentuk karakter serta menjadikan warga negara yang baik.

 6.      Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?

Dalam mata kuliah pemahaman Peserta Didik dan pembelajarannya bahwa pembelajaran tanggap budaya dan pembelajaran TaRL merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman dapat berpengaruh terhadap pembentukan tingkah laku individu. Dalam mata kuliah Pemahaman terhadap isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dapat membantu kita memahami kondisi manusia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus memerdekakan peserta didik, memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengatur diri sendiri, dan memperhatikan kebutuhan, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik. Pendekatan CRT ini menjadi suatu cara untuk membekali guru dalam mengajar peserta didik di lingkungan yang berlatar belakang budaya yang berbeda-beda serta meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik. Teknologi berperan aktif sebagai alat, proses, dan sekaligus sumber untuk belajar dan melaksanakan pembelajaran. Pemanfaatan computer dan internet memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengakses materi ajar.

 7.      Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru? Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya? Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Manfaat topik ini adalah pembelajaran harus berpihak berpusat pada siswa dengan cara memperhatikan kebutuhan belajar siswa dan karakteristik siswa itu sendiri. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Kesiapan saya adalah 8 karena sebagian besar sudah memahami materi yang ada pada mata kuliah PPG dan selanjutnya bisa saya gunakan bekal untuk penerapan di kelas. Apabila saya mendapatkan tugas mengajar, saya akan memahami latar belakang peserta didik. Pendidikan tidak hanya sekadar memberi pengetahuan, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa. Oleh karena itu, saya akan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah memahami latar belakang siswa, menyajikan materi pembelajaran yang kontekstual, mendorong siswa untuk berdiskusi dan berdebat serta mengembangkan karakter siswa.

  

By: Iva Arin L (23660209)

PPG Prajabatan PGSD Gel 1 Tahun 2023

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

 
Iva Arin Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template